2 Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air Terima Banyak Hujatan: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
2 Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air Terima Banyak Hujatan: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan – Kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi pada tanggal 29 Desember 2024 di Bandara Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, telah mengguncang dunia. Pesawat Boeing 737-800 yang mengangkut 181 orang mengalami kegagalan roda pendaratan akibat tabrakan dengan kawanan burung dan cuaca buruk, menyebabkan pesawat jatuh dan terbakar. Dari tragedi ini, hanya dua orang yang berhasil selamat, yaitu Lee (33) dan Koo (20-an), yang merupakan awak kabin pesawat tersebut.
Baca juga : Polisi Gerebek Indekos di Pesanggrahan Ungkap Prostitusi Tersembunyi
Kronologi Kecelakaan
Pada pagi hari tanggal 29 Desember 2024, pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan XYZ123 berangkat dari Bangkok, Thailand, menuju Muan, Korea Selatan. Pesawat ini membawa 175 penumpang dan 6 awak kabin. Saat mendekati Bandara Muan, pesawat mengalami masalah pada roda pendaratan akibat tabrakan dengan kawanan burung (bird strike) dan cuaca buruk. Akibatnya, pesawat gagal mendarat dengan aman dan jatuh di luar landasan pacu.
Kondisi Korban Selamat
Lee dan Koo berhasil diselamatkan dari ekor pesawat yang terbakar. Lee mengalami beberapa patah tulang, sementara Koo mengalami cedera di pergelangan kaki dan kepala. Keduanya saat ini sedang dalam perawatan intensif di rumah sakit terpisah. Ironisnya, alih-alih mendapatkan simpati, mereka justru menjadi sasaran hujatan dari netizen Korea Selatan.
Fenomena Hujatan Terhadap Korban Selamat
Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kasus mahjong wins 3 bullying tertinggi di dunia. Netizen sering kali menyalahkan korban selamat dalam insiden besar, menganggap mereka “menyelamatkan diri” tanpa peduli nasib penumpang lainnya. Melalui media sosial, ancaman terhadap Lee dan Koo serta keluarganya terus berlanjut, bahkan menuntut keduanya untuk bunuh diri sebagai bentuk “kompensasi” atas tragedi yang merenggut nyawa banyak orang.
Dampak Psikologis Terhadap Korban
Hujatan dan ancaman yang diterima oleh Lee dan Koo tentu saja memperparah kondisi psikologis mereka. Alih-alih mendapatkan dukungan dan empati, mereka harus menghadapi tekanan luar biasa dari publik. Kondisi ini dapat menyebabkan trauma yang mendalam dan memperlambat proses pemulihan mereka.
Tanggapan Pemerintah dan Pihak Berwenang
Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan masa berkabung nasional selama tujuh rajamahjong hari untuk menghormati para korban kecelakaan pesawat Jeju Air. Selain itu, pihak kepolisian juga tengah menyelidiki kasus penghinaan terhadap keluarga korban kecelakaan pesawat ini. Unit Investigasi Siber telah memantau dan menghapus komentar negatif di berbagai komunitas online yang menyalahkan keluarga korban.
Pentingnya Empati dan Dukungan Sosial
Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya empati dan dukungan sosial terhadap korban bencana. Alih-alih menyalahkan dan menghujat, kita seharusnya memberikan dukungan moral dan emosional kepada mereka yang selamat. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat sangat penting dalam membantu korban pulih dari trauma dan melanjutkan hidup mereka.
Kesimpulan
Kecelakaan pesawat Jeju Air adalah tragedi yang mengguncang dunia dan meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban. Dua korban selamat, Lee dan Koo, yang seharusnya mendapatkan simpati dan dukungan, justru menjadi sasaran hujatan dan ancaman dari netizen Korea Selatan. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya empati dan dukungan sosial dalam menghadapi bencana. Kita harus belajar untuk lebih peduli dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, bukan malah menyalahkan dan menghujat.
Leave a Comment